Asramaku Asrama Salman

Akmal Arifin
10 min readJun 26, 2024

--

Aku tak pernah mengira bahwa tiga tahunku di ITB akan dipenuhi dengan kehidupanku sebagai takmir masjid. Bahkan aku tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk dapat tinggal dekat sekali dengan masjid, bahkan satu kompleks dengan masjid. Karena latar belakangku yang bukan dari pondok pesantren, merupakan hal yang wajar bagiku untuk tidak pernah terpikirkan hal tersebut. Tapi takdir berkata lain, Allah mengizinkanku untuk dapat tinggal berdampingan dengan rumah-Nya, untuk sedikit demi sedikit memuliakan agama-Nya. Bahkan selama aku di Bandung, sampai saat ini, dan bahkan detik ini ketika tulisan ini dituliskan, aku masih berdampingan dengannya.

Tak ada kata lain selain ucap syukur Alhamdulillah atas segala rahmat, rezeki, dan kesempatan yang telah Allah berikan selama aku bertinggal disini. Begitu banyak ilmu dan juga pengalaman baru yang aku dapatkan. Seakan-akan tempat ini menjadi saksi bisu akan perubahan pandanganku terkait kehidupan, terkait keislaman, dan terkait perjuangan. Ini menjadi tempat dimana aku berkembang ke jalan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Disini aku ingin bercerita, mengingat kembali perjalanan apa saja yang telah kulalui selama aku hidup berasrama di Asrama Salman ini. Semoga ini bisa menjadi salah satu bentukku untuk memperbaiki diri dan mengambil hikmah serta pelajaran dari apa yang telah terjadi selama tiga tahun kebelakang. Semoga ini bisa menjadi salah satu bentuk ibadahku kepada Allah dan kelak menjadi bobot amal di akhirat kelak.

Semua bermula di tahun 2020. Alhamdulillah biidznillah Allah menakdirkanku untuk dapat menempuh pendidikan salah satu perguruan tinggi di Indonesia yaitu Institut Teknologi Bandung. Salah satu universitas yang cukup ternama di Indonesia dan terkenal dengan ketidakramahannya dengan nilai ke mahasiswanya. Semangat tinggi aku tempuh untuk dapat meperoleh hasil yang memuaskan di kampus itu. Kala itu, teman seperjuangan SMA ku mengajak satu sama lain untuk berasrama bersama-sama di Asrama ITB. Namun kutolak dengan mentah-mentah. “Apa itu asrama?”, ucapku. Sebagai seorang introvert, kehidupan kos merupakan salah satu keinginan terbesarku. Karena tidak akan ada gangguan dari orang lain, dan aku bisa beristirahat dengan tenang dan fokus dengan akademikku di ITB.

Namun, sungguh Allah lah yang membolak-balikkan hati. Di tahun 2021, Allah mengizinkanku untuk memiliki semangat yang tinggi untuk dapat memperbaiki diri dan mengenal islam lebih dalam. Aku coba sedikit demi sedikit meningkatkan amalan harianku. Mulai lebih rajin untuk sholat berjamaah di mushola. Mulai rutin mengaji, meski dulu hanya mengaji waktu ramadhan. Mulai menambah sholat-sholat sunnah yang dulu biasa tak diabai. Hingga aku akhirnya menemukan sebuah informasi terkait Asrama Salman. Namun aku mendapatkan informasi tersebut begitu terlambat, pendaftaran hanya dibuka sampai besok saja. Aku pun mengurungkan niat untuk mendaftar asrama tersebut.

Hingga ternyata aku mendapatkan informasi bahwa pendaftaran diperpanjang selama kurang lebih satu minggu. Tanpa pikir panjang, ku langsung mempersiapkan seluruh berkas. Kusiapkan dengan sebaik mungkin. Bahkan aku ingat dulu aku minta tolong kakakku yang merupakan lulusan S2 di luar negeri untuk memperbaiki motivation letterku. Motivation letterku saat itu langsung berubah menjadi sangat keren. Aku sangat-sangat ingin sekali menjadi bagian Asrama Salman waktu itu. Dengan hanya bertekad ingin lebih dekat dengan Allah, aku mendaftar menjadi bagian dari Asrama Salman. Tanpa ada kenalan sebelumnya. Tanpa tau apa yang nanti akan ku hadapi. Tanpa ada pengalaman takmir sebelumnya. Kalau tidak salah ingat, terakhir kali aku menjadi imam mungkin ketika aku masih di bangku Sekolah Dasar. Tak lupa juga ada keraguan di kedua orang tuaku waktu itu karena takut akan mengganggu akademikku. Meski begitu, aku tetap bertekad ingin menjadi bagian dari Asrama Salman.

Tahapan demi tahapan aku lewati. Setiap tahapan yang terlewat, entah mengapa aku selalu melihat namaku disana. Setiap kali terlewat tahapan penyeleksian, aku makin merasa ragu terkait kemampuan diriku. Apakah aku mampu dan cocok untuk berada di Asrama Salman. Tapi aku sudah terlanjur mendaftar, aku hanya bisa berusaha sebaik mungkin melewati tahapan demi tahapan. Setiap kali pengumuman tahapan keluar. Aku selalu berekspektasi bahwa tidak akan ada namaku disana. Tapi entah mengapa, namaku kembali keluar dan terus keluar. Sampai-sampai aku bertanya-tanya, “Apa ini nggak ada yang dikurangin ya, kok namaku terus ada?”. Hingga namaku terus bertahan di daftar nama tersebut hingga pengumuman terakhir. Pengumuman keputusan anggota Asrama Salman 2021/2022. Ya, namaku ada disana. Saat itu tidak ada ekspektasi apapun yang bermunculan. Tidak ada satupun nama yang familiar dimataku kala itu. Tapi aku sangat bersyukur, aku bisa menjadi bagian dari Asrama Salman.

Hasil Akhir Seleksi Anggota Asrama Salman 2021/2022

Hari demi hari aku lewati di asrama. Entah aku merasa Allah seperti mengatur ritme asrama sesuai dengan kemampuanku waktu itu. Ketika aku dengar, bahwa ada anggota baru yang sudah di asrama duluan jadi imam waktu itu, aku sedikit panik. Aku mengira bahwa akan ada pelatihan terlebih dahulu. Ternyata tidak. Aku cukup panik dengan bacaanku dan hafalanku yang pas-pasan. Qadarullah, ketika awal masuk asrama. Saat itu terjadi lockdown akibat Covid-19. Sehingga masjid harus ditutup dan tidak ada sholat berjamaah di dalamnya. Sehingga sholat berjamaah dilaksanakan di asrama waktu itu. Dan aku merasa waktu itu adalah waktu percobaan yang Allah beri untuk aku bersiap hingga akhirnya harus mengimam di masjid yang sangat besar menurutku waktu itu.

Tak hanya itu, banyak tantangan dan juga kejadian-kejadian lucu nan aneh yang terjadi selama aku berasrama. Waktu di tahun pertamaku di asrama. Karena aku merupakan orang yang pemalu dan cukup diam di lingkungan yang baru. Aku tidak banyak berbaur di awal-awal keasramaan. Saat itu aku hanya punya abon yang dibawakan oleh Ibuku ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di asrama. Singkat cerita, ada satu kakak tingkat. Kak Hanif namanya, yang selalu melihatku cuma makan abon saja, tidak ada makanan lain. Hingga suatu hari Kak Hanif akhirnya mengajakku untuk ke Borma bersama-sama. Dan ternyata setelah sudah cukup lama berasrama, Kak Hanif cerita kalau misal dulu dia takut aku nggak bisa bertahan di asrama karena ngelihat aku cuma makan abon doang berminggu-minggu. Itu salah satu cerita yang cukup berkesan selama aku berasrama. Dan beliau merupakan salah satu kakak tingkat di asrama yang paling baik dan yang aku sangjung.

Ada kejadian lain yang konyol ketika aku pertama masuk asrama. Ketika itu aku ingin membuat teh, karena enak kayaknya minum teh. Aku berangkatlah ke dapur. Mengambil gelas dan toples yang isinya terlihat seperti gula. Aku langsung membuat teh dan tidak memastikan terlebih dahulu apakah itu gula. Dan ketika teh tersebut aku coba, rasanya huekk, bagaikan minum air laut. Asiinn. Dan ternyata yang aku masukkan itu micin. Astaga…

Tahun pertamaku di asrama cukup menantang untuk diriku pribadi. Karena aku termasuk orang yang cukup kesulitan untuk dapat berbaur dengan orang-orang baru. Terutama waktu itu tidak ada orang lain yang benar-benar aku kenal. Aku membutuhkan waktu lebih untuk dapat proaktif dalam bersosial di suatu lingkungan yang baru. Salah satu tempat favorit di salman adalah lantai 5. Disana aku memiliki spot yang nyaman dan tidak banyak orang kesana. Sehingga aku bisa menghabiskan waktu berlama-lama disana tanpa takut dilihat orang lain. Spot itu adalah di atas lift di Salman. Untuk kesana perlu menaiki tangga terlebih dahulu. Selain tempat yang bersih dan cukup luas. Aku bahkan bisa tidur-tiduran di atas sana.

Dulu, bertengger di lantai 5 sudah menjadi kebiasaanku. Hampir setiap seminggu sekali, aku mengunjungi lantai tersebut. Karena waktu itu juga perkuliahan masih online. Jadi terkadang aku cukup jenuh di kamar, namun tidak bisa kemana-mana karena lockdown. Maka lantai 5 lah solusinya. Selain pemandangan yang indah, disana juga tempat yang dingin. Namun untuk dapat pergi ke lantai 5 butuh keberanian yang tinggi untuk aku pribadi. Dikarenakan aku harus melewati lantai 4 terlebih dahulu. Iya lantai 4. Lantai yang paling aku takuti di asrama. Karena di lantai tersebutlah asrama putri bertinggal. Setiap kali aku ke lantai 5, aku selalu ketakutan untuk kembali turun ke lantai 3. Karena apabila aku naik lift, akan ada kemungkinan astri yang sedang menekan tombol dan menunggu lift untuk ikut turun. Itu adalah salah satu ketakutanku, yaitu lift yang berhenti di lantai 4. Jadi setiap kali aku turun dari lantai 5, indikator lantai yang tertulis di tembok lift selalu ku tatap lamat-lamat. Sambil menatap seraya berdoa dalam hati, “Ya Allah jangan berhenti Ya Allah”. Sesaat angka 3 muncul, hati serasa lega. Namun tentu tidak semua terjadi sesuai dengan harapan. Ada satu kejadian dimana lift berhenti di lantai 4. Dan ketika aku tau saat itu pintu akan terbuka. Aku hanya bisa diam berdiri mengujung di belakang, sambil tersenyum terutunduk malu. Saat itu ada kakak tingkat yang bertanya “Hayoo Akmal ngapain dari lantai 5”. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Seketika aku ingin berteriak. AAaaAaaAAaaa.

Meski banyak sekali kejadian-kejadian lucu, aku merasa bahwa banyak perubahan yang aku alami di tahun pertamaku di asrama. Banyak sudut pandang baru terkait kehidupan, terkait keislaman dan hal-hal lain. Selain itu banyak juga kesempatan-kesempatan baru yang mungkin tidak akan aku dapatkan apabila tidak menjadi bagian dari Asrama Salman. Salah satu sudut pandang baru yang aku masih ingat sampai sekarang adalah ketika masa libur tiba dan para anggota asrama satu per satu kembali ke kampung halamannya masing-masing. Kala itu, hampir seluruh anggota asrama, terutama fasilitator, mengucapkan “Selamat ber-birrul walidain”. Kala itu aku tersadar bahwa pulang bukanlah sekedar pulang dan beristirahat dari perkuliahan. Pulang merupakan salah satu kesempatan untuk kita dapat kembali berbakti kepada orang tua. Kata-kata sederhana itu mengubah sudut pandangku ketika aku dirumah. Aku berusaha untuk tidak bermalas-malasan, namun menjadikan itu sebagai kesempatan untuk dapat berbakti kepada orang tuaku. Tapi tentu, aku masih suka tidur-tiduran. Tapi setidaknya aku belajar untuk menguranginya.

Selain sudut pandang baru, aku juga mendapatkan banyak kesempatan baru. Mulai dari menjadi imam serta muadzin di sebuah masjid yang cukup luas menurutku. Menguliti kambing yang telah disembelih, sayangnya aku belum pernah menyembelih kambing selama aku di asrama. Membersihkan toren. Memandikan jenazah. Hingga menjadi ketua di berbagai kepanitiaan.

Di tahun kedua, aku bertekad ingin menjadi kakak yang baik. Meskipun aku merupakan orang yang introvert, aku ingin bersuaha untuk merangkul seluruh angkatan baru karena aku tidak ingin ada orang yang kesepian di asrama. Aku mencoba untuk menyapa semua anak baru waktu itu, sesederhana menyapa dan menanyakan apa yang sedang mereka lakukan. Aku coba untuk merangkul semuanya. Aku masih teringat, bahkan saat itu aku sempat selalu membangunkan semua anggota asrama di waktu Subuh. Itu semua aku lakukan karena aku ingin bisa menjadi kakak teladan dan kakak yang dapat dicontoh. Tapi sayangnya ternyata angkatan baru banyak yang jauh lebih keren daripada aku. Peluang untuk menjadi kakak yang keren pun hilang wkwkwkwkkw.

Dan ternyata yang lebih mengagetkan kembali adalah aku melanjutkan hingga tahun ketiga di asrama. Yang berarti aku menjadi Fasilitator Asrama Salman. Sungguh banyak sekali cerita disini. Dan mungkin sudah banyak yang aku ceritakan di tulisanku yang lain. Selama tiga tahun berasrama, tahun ketigalah yang paling berkesan untuk aku pribadi. Banyak sekali cerita sedih, senang, kesal, bahagia di dalamnya. Banyak juga pengalaman dan ilmu yang aku dapatkan di dalamnya. Aku bahkan merasa bahwa Allah memberikanku simulasi kepingan-kepingan kehidupan ke dalam kehidupanku di asrama. Aku belajar banyak hal, dari hidup bermasyarakat, mengambil tanggung jawab, menjadi seorang kakak dan bahkan orang tua, merawat teman yang sakit, mengelola sebuah tim, mengelola diri, membuat program, dan masih banyak hal. Aku bahkan merasa belajar tentang kehidupan berkeluarga disini

Tapi ada satu hal yang membuat tahun ketigaku sangat berkesan. Ya mereka adalah teman-teman fasilitatorku. Mereka semua membuat tahun ketigaku di asrama dan tahun terakhirku di perkuliahaan menjadi lebih berwarna.

Ada satu orang yang baik banget, tapi entah kenapa pendapat kita selalu berbeda dan akhirnya kita selalu berdebat mempertahankan pendapat satu sama lain.
Ada satu orang yang kerjanya cepet banget, terlalu cepat hingga banyak yang tidak terkonfirmasi sebelumnya. Agak nyebelin jatuhnya.
Ada satu orang yang kerjanya rapi, tapi aku nggak kuat sama jokesnya. Ya Allah selamatkan aku…
Ada satu orang yang kerjanya bagus, cuma kalau lagi bagus. Biasanya ngilang, dan kalau ngechat jangan berharap dibalas di hari yang sama.
Ada satu orang yang kerjanya sehat, kalau lagi capek dia berkabar. Tapi agaknya moodnya cukup fluktuatif…
Ada satu orang yang kerjanya keren, kreatif, tapi dominannya bikin aku takut mengahadapinya.
Ada satu orang lagi yang tegas dan rapi, tapi perilakunya sering tak tertebak, dan kalau lagi nggak mood, serasa pingin ngilang.

Kalian semua punya sifatnya masing-masing. Cerita masing-masing. Meskipun aku sering kesal sama kalian. Dan aku pun nggak bisa selalu ngasih yang terbaik buat kalian. Tapi aku sangat-sangat bersyukur punya kalian. Aku berharap kalian bisa tahu seberapa besar rasa bersyukurku untuk bisa bekerja bareng kalian. Seluruh kenangan yang terbentuk, kesal, marah, kecewa, sedih, senang. Aku berharap aku bisa membalas kalian dengan baik. Aku selalu ingin membalas kalian dengan sebaik mungkin yang aku bisa. Tapi aku selalu bingung apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikan kalian. Karena kita akhirnya sudah berpisah, dan jujur aku paling tidak bisa menerima perpisahan. Aku paling susah menerima yang namanya perpisahan. Tapi dunia tidak akan menunggu kita untuk siap akan hal itu. Oleh karena itu, mungkin yang bisa aku lakukan ialah berdoa agar kita semua bisa berkumpul kembali di surga. Dan nanti kalau udah di surga, nongkrong bareng yuk sambil ngobrolin fasil dulu kayak gimana. Berdelapan bersama-sama di surga-Nya kelak. Aamiin.

Tulisan ini ingin aku dedikasikan untuk teman-teman Fasilitator Asrama Salman 2023/2024. Terima kasih banyak sudah bekerja sama dengan baik selama kepengurusan. Aku doakan semoga seluruh amal yang kalian lakukan selama menjadi fasilitator kemarin diterima dan dibalas dengan kebaikan lain oleh Allah SWT. Aamiin. Aku selalu mendoakan kebaikan kalian untuk kedepannya. Semoga kita bisa berkumpul lagi di lain waktu.

Maaf adanya foto-foto asrama tahun terakhir :’)

Astra Core
Asrama Camp
Last Moment
Meet Pertama (?)
Maen duluu laah ~~
Perpisahan Fasil
Gaya Andalan Fastra

--

--

Akmal Arifin

Wadah untuk berbagi cerita dalam kehidupan sehari-hari. Upload setiap hari Rabu. Stay Tuned !